Oleh: Wamdi
Apa kabarmu pagi ini?
Adakah jawabanmu seperti semasa kita PNDK dulu?
“Alhamdulillah! Luar biasa!”
Tegas, lugas, semangat dan penuh wibawa
Atau pagi ini kau masih tertidur
Walaupun mentari telah meninggi
Kalau kau kutanya nanti
Jawabmu,
Tadi malam belajar sampai larut malam
Kawan! Kusarankan, Besok malam kau letakkanlah jam weker di sampingmu Biar jangan kau takik ilmu di kepala Tapi tak ada aplikasi di alam nyata Aku tau kau takut pada dosenmu Tapi tak takutkah kau pada si Penguasa dosenmu? O, maaf! Cepatlah mandi Bukankah negeri kita ini macet di Bisa-bisa terlambat kau nanti Bertemu dosen emosi Kawan! Kenapa kau tediam? Mimpi apa sebenarnya kau semalam? Mimpi kampus kita yang megahkah kiranya? Yang pelayanan birokrasinya mudah? Dengan masjid di tengah-tengahnya? Yang berhenti aktivitas setiap waktu shalat? Atau kau sedangkan memikirkan KHS kita yang tak siap-siap Dengan bayaran ini, bayaran itu yang semakin meningkat Ah, kita terlalu lembut, Kawan Sehingga kelembutan kita dimanfaatkan Kawan! Sambil duduk-duduk Kusampaikan padamu pesan pendahulu kita angkatan ’28, ’45, ’65, 74 dan ‘98 yang ditulis Taufiq Ismail dalam puisinya ‘Salemba’ “Alma Mater, janganlah bersedih Bila arakan ini bergerak berlahan Menuju pemakaman Siang ini Anakmu yang berani Telah tersungkur ke bumi Ketika melawan tirani.” Kawan! Satu hal lagi yang ingin kuingatkan padamu, “KITA MAHASISWA!!!”
1 komentar:
aku membaca ini mengingatku saat kakak-kakak kampus di kampusku menguatkan kalau kita ini adalah MAHASISWA. sedih rasanya mahasiswa hari ini kehilangan karakter aslinya. Hari ini, besok, apa jadinya kita mereka?
Posting Komentar