Senin, 20 Oktober 2008

Mari Menuju Kemenangan



Wamdi*
“Kemenangan hakiki adalah kemenangan yang tak berujung”

Tahun adalah kumpulan bulan, bulan adalah persatuan minggu, minggu adalah pertemuan hari, hari adalah perjumpaan jam, jam adalah perpaduan menit, menit adalah pergumulan detik, sedangkan detik adalah perkawinan nafas। Tak usahlah ditanya kenapa begitu, karena waktu tak-kan berhenti dengan pertanyaan yang kita suguhkan. Kalau mau bertanya tanyalah, adakah perkawinan nafas kita melahirkan desahan zikir? Adakah pergumulan detik menjadi menit, perpaduan menit menjadi jam, perjumpaan jam menjadi hari, pertemuan hari menjadi minggu, persatuan minggu menjadi bulan, kumpulan bulan menjelmalah tahun kita semakin baik? Semakin santun? Semakin ‘arif? Kalau iya, maka tingkatkanlah atau minimal bersekukuhlah kita di situ, tapi kalau kita menggeleng, maka nafas kita telah mandul, pelita kita telah padam sementara malam masih pekat, tongkat kita telah patah sedangkan perjalanan masih jauh, mendaki menurun, onak dan duri bertebaran di sana sini. Bisa-bisa kita tersesat di hutan rimba yang dirajai si-singa dan jadi kita cuci mulutnya, atau terdampar di pulau setan yang tak ada manusianya dan kita pun akan diperlakukan tanpa manusiawi, awalnya kita memang kesal, namun lama-kelamaan kita menikmatinya, karena kita adalah setan dan setan itulah kita, nauzubillah…

Sekarang, kita berada di bulan Ramadhan, bulan yang penuh rahmat-Nya, pintu-pintu surga lagi dibuka lebar-lebar, dan pintu-pintu neraka ditutup serapat-rapatnya, sedangkan para setan diterali. Sangat besar peluang kita mendekati-Nya, bukankah mentakutinya dengan mendekatinya?
Baliklah kembali sejarah dan temukan keajaiban-keajaiban Ramadhan padanya. Kaum muslimin meraih kemenangan perang Badar pada bulan Ramadhan. Muzafar Quthus menakhlukkan pasukan Tartar dalam perang ‘Ain Jalut pada bulan Ramadhan. Shalahuddin Al-Ayyubi mengusir pasukan salib dari tanah Palestina dalam perang Hithin pada bulan Ramadhan, dan Muhammad Al-Fatih Murad melakukan puasa berturut-turut tiga hari sebelum merebut Konstantinopel.
Ramadhan dengan segala keistimewaannya telah Allah persembahkan pada kita, tinggal kita bertanya apa yang ita persembahkan pada-Nya? Puasa! Adakah puasa kita seperti tuntunannya? Tilawah! berapa juz perhari? Silahkan masing-masing kita mengajukan pertanyaan itu pada diri-diri kita. Terahir tanyakan padanya, adakah kau mau menang seperti tentara perang Badar? Seperti Muzafar, Shalahddin Al-Ayyubi, atau Muhammad Al-Fatih? Kalau ia mengiyakan, maka bergulatlah dengan nafsumu, karena kemenangan di alam nyata adalah buah kemenangan di alam jiwa, setelah itu mari kita songsong kemenangan.
*Dirjen redaksional Dema UIN Suska 2008-2009

Read More......